Bu Biskuit mempunyai toko kue di sebuah kota kecil. Anak-anak sangat senang melihat-lihat etalase tokonya, karena banyak yang menarik dipajang di sana. Seperti orang-orangan dari roti jahe, kue berbentuk kucing-kucingan atau anjing-anjingan, kuda dari cokelat, dan kue-kue tart yang indah. Sebetulnya Bu Biskuit seorang perempuan yang manis sekali kalau saja ia tak terlalu banyak bercerita yang bukan-bukan. Rupanya dia tak tahu apa yang disebut jujur itu. “Apakah kue ini dibuat tadi?” Tanya langganannya.“Apakah kuenya masih segar?” “Tentu, Nyonya. Baru sekali!” sahut Bu Biskuit walaupun ia tahu pasti bahwa kuenya sudah kering dan hampir bau. Bu Biskuit agak pelit juga. Ia tak pernah memberikan apapun kepada siapa pun sedapat-dapatnya. Bahkan sepotong kue yang sudah apek pun tak hendak ia berikan. Kue-kue itu ia jadikan pudding untuk dirinya sendiri. Pada suatu hari, ia berniat membuat kue tart yang indah untuk dipajang di etalase tokonya. “Kalau mereka mampir melihat kue
Belajar Menulis agar menjadi Lebih Baik