Langsung ke konten utama

PUISI-PUISI SAPARDI DJOKO DAMONO



Saya suka puisi-puisi dari Dr. Sapardi Djoko Damono. Menurut saya puisinya sederhana tapi Indah dan menyejukan hati. Bahkan beberapa diantaranya bisa saya sebut romantis =D
Berikut cuplikan profil beliau yang saya temukan di wikipedia


Sapardi Djoko Damono

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sapardi_Djoko_Damono
 

Pekerjaan : Penyair, sastrawanm dosen
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku Bangsa : Jawa

Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 74 tahun) adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari berbagai puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer.

Riwayat hidup

Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan "Kalam".

Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.
Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.

Karya-karya

Sajak-sajak SDD, begitu ia sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Ia tidak saja menulis puisi, namun juga cerita pendek. Selain itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esei, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola.

Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet "Dua Ibu"). Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.

Berikut adalah karya-karya SDD (berupa kumpulan puisi), serta beberapa esei.


Kumpulan Puisi/Prosa

*       "Duka-Mu Abadi", Bandung (1969)
*       "Lelaki Tua dan Laut" (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)
*       "Mata Pisau" (1974)
*       "Sepilihan Sajak George Seferis" (1975; terjemahan karya George Seferis)
*       "Puisi Klasik Cina" (1976; terjemahan)
*       "Lirik Klasik Parsi" (1977; terjemahan)
*       "Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak" (1982, Pustaka Jaya)
*       "Perahu Kertas" (1983)
*       "Sihir Hujan" (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia)
*       "Water Color Poems" (1986; translated by J.H. McGlynn)
*       "Suddenly the night: the poetry of Sapardi Djoko Damono" (1988; translated by J.H. McGlynn)
*       "Afrika yang Resah (1988; terjemahan)
*       "Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia" (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)
*       "Hujan Bulan Juni" (1994)
*       "Black Magic Rain" (translated by Harry G Aveling)
*       "Arloji" (1998)
*       "Ayat-ayat Api" (2000)
*       "Pengarang Telah Mati" (2001; kumpulan cerpen)
*       "Mata Jendela" (2002)
*       "Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro?" (2002)
*       "Membunuh Orang Gila" (2003; kumpulan cerpen)
*       "Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek Indonesia periode awal (1870an - 1910an)" (2005; salah seorang penyusun)
*       "Mantra Orang Jawa" (2005; puitisasi mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)
*       "Before Dawn: the poetry of Sapardi Djoko Damono" (2005; translated by J.H. McGlynn)
*       "Kolam" (2009; kumpulan puisi)
*       "Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita" (2012)
*       "Namaku Sita" (2012; kumpulan puisi)

Selain menerjemahkan beberapa karya Kahlil Gibran dan Jalaluddin Rumi ke dalam bahasa Indonesia, Sapardi juga menulis ulang beberapa teks klasik, seperti Babad Tanah Jawa dan manuskrip I La Galigo. Kobe


Musikalisasi Puisi

Musikalisasi puisi karya SDD dimulai pada tahun 1987 ketika beberapa mahasiswanya membantu program Pusat Bahasa, membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia, dalam upaya mengapresiasikan sastra kepada siswa SLTA. Saat itulah tercipta musikalisasi Aku Ingin oleh Ags. Arya Dipayana dan Hujan Bulan Juni oleh H. Umar Muslim. Kelak, Aku Ingin diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari "Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti" (1991), dibawakan oleh Ratna Octaviani.

Beberapa tahun kemudian lahirlah album "Hujan Bulan Juni" (1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet Reda Gaudiamo dan Ari Malibu merupakan salah satu dari sejumlah penyanyi lain, yang adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Album "Hujan Dalam Komposisi" menyusul dirilis pada tahun 1996 dari komunitas yang sama.

Sebagai tindak lanjut atas banyaknya permintaan, album "Gadis Kecil" (2006) diprakarsai oleh duet Dua Ibu, yang terdiri dari Reda Gaudiamo dan Tatyana dirilis, dilanjutkan oleh album "Becoming Dew" (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu.

Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 2008 juga mengadakan konser kantata "Ars Amatoria" yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi SDD serta karya beberapa penyair lain.


Buku

*       "Sastra Lisan Indonesia" (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN.
*       "Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan"
*       "Dimensi Mistik dalam Islam" (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel "Mystical Dimension of Islam", salah seorang penulis.

Pustaka Firdaus
*       "Jejak Realisme dalam Sastra Indonesia" (2004), salah seorang penulis.
*       "Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas" (1978).
*       "Politik ideologi dan sastra hibrida" (1999).
*       "Pegangan Penelitian Sastra Bandingan" (2005).
*       "Babad Tanah Jawi" (2005; penyunting bersama Sonya Sondakh, terjemahan bahasa Indonesia dari versi bahasa Jawa karya Yasadipura, Balai Pustaka 1939).

 

Puisi-Puisi Sapardi Djoko Damono


AKULAH SI TELAGA
Oleh : Sapardi Djoko Damono

akulah si telaga: berlayarlah di atasnya;
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan
bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja
-- perahumu biar aku yang menjaganya


Perahu Kertas, Kumpulan Sajak, 1982.

ANGIN, 1
Oleh : Sapardi Djoko Damono

angin yang diciptakan untuk senantiasa bergerak dari sudut ke
sudut dunia ini pernah pada suatu hari berhenti ketika mendengar
suara nabi kita Adam menyapa istrinya untuk pertama kali, "hei
siapa ini yang mendadak di depanku?"

angin itu tersentak kembali ketika kemudian terdengar jerit wanita
untuk pertama kali, sejak itu ia terus bertiup tak pernah menoleh
lagi

-- sampai pagi tadi:
ketika kau bagai terpesona sebab tiba-tiba merasa scorang diri di
tengah bising-bising ini tanpa Hawa


Perahu Kertas, Kumpulan Sajak, 1982.

ANGIN, 2
Oleh : Sapardi Djoko Damono

Angin pagi menerbangkan sisa-sisa unggun api yang terbakar
semalaman.
Seekor ular lewat, menghindar.
Lelaki itu masih tidur.
Ia bermimpi bahwa perigi tua yang tertutup ilalang panjang
di pekarangan belakang rumah itu tiba-tiba berair kembali.


Perahu Kertas, Kumpulan Sajak, 1982.



AKU INGIN
Oleh : Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


ANGIN, 3
Oleh : Sapardi Djoko Damono

"Seandainya aku bukan ......
Tapi kau angin!
Tapi kau harus tak letih-letihnya beringsut dari sudut ke sudut
kamar,
menyusup celah-celah jendela, berkelebat di pundak bukit itu.
"Seandainya aku . . . ., ."
Tapi kau angin!
Nafasmu tersengal setelah sia-sia menyampaikan padaku tentang
perselisihan antara cahaya matahari dan warna-warna bunga.
"Seandainya ......
Tapi kau angin!
Jangan menjerit:
semerbakmu memekakkanku.


Perahu Kertas,Kumpulan Sajak, 1982.

 

YANG FANA ADALAH WAKTU
Oleh : Sapardi Djoko Damono

Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?"
tanyamu.
Kita abadi.


Perahu Kertas,Kumpulan Sajak, 1982.



BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI
Oleh : Sapardi Djoko Damono

waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di
belakang

aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan

aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami
yang telah menciptakan bayang-bayang

aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara
kami yang harus berjalan di depan



 
BUNGA, 1
Oleh : Sapardi Djoko Damono

(i)
Bahkan bunga rumput itu pun berdusta.
Ia rekah di tepi padang waktu hening pagi terbit;
siangnya cuaca berdenyut ketika nampak sekawanan gagak
terbang berputar-putar di atas padang itu;
malam hari ia mendengar seru serigala.

Tapi katanya, "Takut? Kata itu milik kalian saja, para manusia. Aku
ini si bunga rumput, pilihan dewata!"

(ii)
Bahkan bunga rumput itu pun berdusta.

Ia kembang di sela-sela geraham batu-batu gua pada suatu pagi,
dan malamnya menyadari bahwa tak nampak apa pun dalam gua
itu dan udara ternyata sangat pekat dan tercium bau sisa bangm
dan terdengar seperti ada embik terpatah dan ia membayangkan
hutan terbakar dan setelah api ....

Teriaknya, "Itu semua pemandangan bagi kalian saja, para
manusia! Aku ini si bunga rumput: pilihan dewata!"


Perahu Kertas,Kumpulan Sajak, 1982.



BUNGA, 2
Oleh : Sapardi Djoko Damono

mawar itu tersirap dan hampir berkata jangan ketika pemilik
taman memetiknya hari ini; tak ada alasan kenapa ia ingin berkata
jangan sebab toh wanita itu tak mengenal isaratnya -- tak ada
alasan untuk memahami kenapa wanita yang selama ini rajin
menyiraminya dan selalu menatapnya dengan pandangan cinta itu
kini wajahnya anggun dan dingin, menanggalkan kelopaknya
selembar demi selembar dan membiarkannya berjatuhan
menjelma
pendar-pendar di permukaan kolam
Perahu Kertas,Kumpulan Sajak, 1982.



BUNGA, 3
Oleh : Sapardi Djoko Damono

seuntai kuntum melati yang di ranjang itu sudah berwarna coklat
ketika tercium udara subuh dan terdengar ketukan di pintu
tak ada sahutan
seuntai kuntum melati itu sudah kering: wanginya mengeras di
empat penjuru dan menjelma kristal-kristal di udara ketika
terdengar ada yang memaksa membuka pintu
lalu terdengar seperti gema "hai, siapa gerangan yang telah
membawa pergi jasadku?"

Perahu Kertas,Kumpulan Sajak, 1982.

 

HUJAN BULAN JUNI
Oleh : Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
(1989)

DALAM DIRIKU
Dalam diriku mengalir sungai panjang,
Darah namanya;
Dalam diriku menggenang telaga darah,
Sukma namanya;
Dalam diriku meriak gelombang sukma,
Hidup namanya!
Dan karena hidup itu indah,
Aku menangis sepuas-puasnya
(1980)

 

TIBA-TIBA MALAM PUN RISIK
Oleh : Sapardi Djoko Damono

tiba-tiba malam pun risik
beribu Bisik
tiba-tiba engkau pun lengkap menerima
satu-satunya Duka

 
DI ATAS BATU
Oleh : Sapardi Djoko Damono

ia duduk di atas batu dan melempar-lemparkan kerikil ke tengah kali…

ia gerak-gerakkan kaki-kakinya di air sehingga memercik ke sana ke mari…

ia pandang sekeliling :

matahari yang hilang – timbul di sela goyang daun-daunan,

jalan setapak yang mendaki tebing kali,
beberapa ekor capung
— ia ingin yakin bahwa benar-benar berada di sini

Perahu Kertas, Kumpulan Sajak, 1982.

 


PERCAKAPAN MALAM HUJAN
Oleh : Sapardi Djoko Damono

Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang, dan payung, berdiri di samping tiang listrik.

Katanya kepada lampu jalan,

“Tutup matamu dan tidurlah. Biar kujaga malam.”

“Kau hujan memang suka serba kelam serba gaib serba suara desah;

asalmu dari laut, langit, dan bumi;

kembalilah, jangan menggodaku tidur.

Aku sahabat manusia. Ia suka terang.”

[Hujan Bulan Juni, 1973]


 
BUNGA-BUNGA DI HALAMAN
Oleh : Sapardi Djoko Damono

mawar dan bunga rumput

di halaman: gadis yang kecil
(dunia kecil, jari begitu
kecil) menudingnya…

mengapakah perempuan suka menangis
bagai kelopak mawar; sedang
rumput liar semakin hijau suaranya
di bawah sepatu-sepatu…

mengapakah pelupuk mawar selalu
berkaca-kaca; sementara tangan-tangan lembut
hampir mencapainya (wahai, meriap rumput di tubuh kita)…

[1968]

 

KISAH
Oleh : Sapardi Djoko Damono

Kau pergi, sehabis menutup pintu pagar sambil sekilas menoleh namamu sendiri yang tercetak di plat alumunium itu…

Hari itu musim hujan yang panjang dan sejak itu mereka tak pernah melihatmu lagi…

Sehabis penghujan reda, plat nama itu ditumbuhi lumut sehingga tak bisa terbaca lagi…

Hari ini seorang yang mirip denganmu nampak berhenti di depan pintu pagar rumahmu, seperti mencari sesuatu…

la bersihkan lumut dari plat itu, Ialu dibacanya namamu nyaring-nyaring.
Kemudian ia berkisah padaku tentang pengembaraanmu..

Perahu Kertas, Kumpulan Sajak, 1982.

 
 
HATIKU SELEMBAR DAUN
Oleh : Sapardi Djoko Damono

Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput;
nanti dulu, biarkan aku sejenak…

Terbaring di sini;
ada yang masih ingin kupandang,
yang selama ini senantiasa luput;

Sesaat adalah abadi sebelum kausapu
tamanmu setiap pagi…

 

PADA SUATU HARI NANTI
Oleh : Sapardi Djoko Damono

Pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi…
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri…

Pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi…
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati…

Pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi…
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari…




Salam Menulis,
Sandhy Suryadi

Komentar

  1. TEN TINN MUFFLE TINN MUFFLE TINN MUFFLE
    TEN TINN MUFFLE MUFFLE MUFFLE MUFFLE TINN MUFFLE. $6.99. Add to Cart. remmington titanium Quantity: 1 (1) - 2 (1) - ford escape titanium for sale 2 (1) - t fal titanium pan 3 (1) - 3 (1) - 3 (1) - 4 (1) - 5 (1) - 4 (1) - 6 (1) - 7 (1) - 8 (1) - 9 (1) - 10 ford ecosport titanium (1) - 12 (1) - 13 (1) - 14 (1) - 15 (1) - 16 (1) - 17 (1) - 18 (1) - 19 (1) - 20 (1) - 21 (1) - 22 (1) - 23 black titanium rings (1

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berani Bermimpi

Kita semua pasti sering mendengar pepatah “Gantungkan cita-citamu setinggi langit” atau “Gapailah impianmu sampai ke negeri seberang”. Ngomong-ngomong tentang Impian, apakah anda masih memiliki impian sampai hari ini? Cobalah bertanya pada anak kecil yang ada di sekitar kita tentang apa impian mereka, pasti ada beragam jawaban yang muncul dari mulut kecil mereka. Ada yang bilang ingin jadi dokter, pilot, perawat, tentara, mekanik, direktur, polisi, presiden, menteri, dan lain sebagainya. Bahkan putri saya sendiri, Zeny (6 tahun) kalau di tanya tentang cita-cita pasti akan menjawab dengan lantang bahwa ia ingin menjadi seorang dokter jika sudah besar nanti. Tapi semakin kita menjadi dewasa, maka semakin kita (mungkin) mulai melupakan impian masa kecil kita. Rutinitas dan tuntutan hidup, mulai merubah jalan dan sudut pandang kita tentang sebuah impian. Memang tidak semua orang melupakan impian mereka. Masih ada sebagian dari kita yang masih tetap setia menggenggam